infomjlk.id — Dikenal sebagai "Tanah Parahyangan," Jawa Barat memang kaya akan keindahan alam, terutama sumber daya airnya. Hal tersebut tak lepas dari banyaknya sungai yang mengalir di provinsi ini. Kata "Ci," yang sering ditemukan sebagai awalan nama tempat dan sungai di sini, menjadi penanda kuat bahwa air adalah bagian tak terpisahkan dari lanskap dan budaya setempat.
Deretan pegunungan yang membentang di seluruh wilayah Jawa Barat menjadi sumber mata air yang tak pernah habis, mengalirkan kehidupan dari hulu hingga ke hilir. Sayangnya, seiring berjalannya waktu, beberapa sungai ikonik di Jawa Barat kini menghadapi tantangan serius.
Citarum, Sungai Terpanjang yang Terus Berjuang Melawan Polusi
Sebagai sungai terpanjang di Jawa Barat dengan panjang 297 km, Sungai Citarum memiliki peran vital bagi kehidupan masyarakat. Dari hulu di Cekungan Bandung hingga muara di Karawang, Citarum menjadi sumber air utama, bahkan pernah menjadi andalan PDAM Kota Bandung. Namun, pertumbuhan penduduk yang pesat dan eksploitasi yang tak terkendali mengubah nasibnya.
Sungai yang dulunya menjadi denyut nadi kehidupan, kini tercemar oleh limbah industri, pertanian, peternakan, dan limbah domestik. Statusnya sebagai "sungai paling kotor di dunia" oleh Bank Dunia menjadi bukti nyata betapa parahnya kondisi Citarum.
Cimanuk, Pemberi Kehidupan Pertanian yang Kini Terancam Gulma
Di urutan kedua setelah Citarum, ada Sungai Cimanuk yang membentang sepanjang 180 km. Sungai ini mengaliri lima kabupaten, termasuk Majalengka, Indramayu, dan Cirebon, menjadikannya sumber irigasi utama bagi lahan pertanian di sana. Berhulu di Gunung Cikuray dan Papandayan, Cimanuk adalah tulang punggung pertanian yang menghidupi jutaan petani.
Namun, kini Cimanuk menghadapi masalah pendangkalan dan serangan gulma eceng gondok. Tumbuhan air ini menutupi permukaan sungai, menghambat aliran air, dan mengganggu fungsi irigasi, membuat para petani kesulitan mendapatkan air yang optimal untuk sawah mereka.
Cisadane, Jalur Perdagangan Kuno yang Kini Hadapi Banjir
Sungai Cisadane, yang melintasi dua provinsi (Jawa Barat dan Banten), memiliki sejarah panjang. Berhulu di Gunung Pangrango, sungai sepanjang 126 km ini tidak hanya menjadi sumber air bersih dan potensi wisata, tetapi juga jalur transportasi penting bagi para pedagang Tionghoa pada abad ke-16.
Namun, seperti sungai lainnya, Cisadane tak luput dari masalah. Meskipun masih dimanfaatkan oleh masyarakat dan pemerintah, debit airnya yang tidak terkontrol sering kali meluap, menyebabkan banjir di pemukiman sekitar.
Ciliwung, Denyut Nadi Ibu Kota yang Tersumbat
Membentang dari Bogor hingga Jakarta, Sungai Ciliwung berperan krusial dalam mengalirkan air hujan dan limbah domestik perkotaan menuju laut. Sungai sepanjang 120 km ini juga menjadi sumber air sehari-hari bagi warga sekitarnya.
Sayangnya, kondisi Ciliwung saat ini lebih dikenal karena citra negatifnya. Pencemaran limbah cair dan tumpukan sampah padat membuat sungai ini kotor, berbau, dan sering tersumbat. Penyumbatan ini sering kali menjadi penyebab utama banjir yang melanda ibu kota.
Sungai Lain yang Tak Kalah Penting: Citanduy, Cipunagara, dan Citarik
Selain empat sungai besar tadi, Jawa Barat juga memiliki sungai-sungai penting lainnya:
- Sungai Citanduy (180 km) menjadi batas alami antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sungai ini vital sebagai sumber air minum, irigasi, dan pembangkit listrik, meskipun sering mengalami penyusutan drastis saat musim kemarau.
- Sungai Cipunagara (147 km) mengaliri Subang, Sumedang, dan Indramayu. Selain berfungsi sebagai kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan lokasi arung jeram, sungai ini juga mengontrol debit air di sekitarnya untuk mencegah banjir.
- Sungai Citarik (43 km) di Sukabumi, salah satu anak Sungai Citarum, menjadi primadona wisata arung jeram yang telah diakui standar internasional. Meski demikian, sungai ini juga menghadapi masalah pencemaran akibat limbah rumah tangga.
Ketujuh sungai besar ini adalah cerminan kompleksitas alam dan manusia di Jawa Barat. Mereka adalah sumber kehidupan yang tak ternilai, namun juga menjadi saksi bisu dampak dari ulah manusia. Merawat sungai-sungai ini adalah tanggung jawab bersama agar keindahan dan fungsinya tetap lestari bagi generasi mendatang.
0 Comments