infomjlk.id — Ketika bicara minyak di Jawa Barat, perhatian seringkali langsung tertuju pada Indramayu dengan Kilang Balongan, salah satu fasilitas pengolahan minyak terbesar di Indonesia. Namun, jauh sebelum Balongan berdiri megah, Kabupaten Majalengka menyimpan rahasia sejarah penting: lokasi sumur pengeboran minyak pertama di Tanah Air, yang operasionalnya dimulai sejak tahun 1871.
Nana 'Naro' Rohmana, Ketua Yayasan Galur Rumpaka Majalengka Baheula (Grumala), mengungkapkan bahwa pengeboran perdana dilakukan oleh seorang pengusaha Belanda dari Cirebon bernama Jan Reerink.
Berawal dari Penemuan Ilmuwan Jerman
Kisah penemuan sumber minyak di Majalengka bermula dari perjalanan seorang ilmuwan Jerman, Franz Wilhelm Junghuhn. Saat menjelajahi kaki Gunung Ciremai, tepatnya di Blok Sukamurni, Desa Maja Selatan, Kecamatan Maja, Junghuhn mengamati aktivitas unik penduduk lokal.
"Masyarakat sini, tahun 1800-an sering bolak-balik ke sini," jelas Naro, merujuk pada titik di mana terdapat rembesan minyak alami yang kala itu dimanfaatkan warga sebagai penerangan lampu (cempor).
Pengalaman ini kemudian diceritakan Junghuhn, seorang ahli Geologi, kepada sahabatnya, Jan Reerink. Berbekal informasi tersebut, Reerink pun tergerak untuk memulai aktivitas pengeboran.
"Kemudian tahun 1871 Jan Reerink pengusaha Belanda yang berada di Cirebon, melakukan pengeboran pertama," tambah Naro.
Upaya Pengeboran yang Singkat dan Penuh Tantangan
Jan Reerink mengerahkan modal besar dari Amerika dan membawa peralatan modern untuk mendukung proyek ambisiusnya. Namun, meskipun berbekal teknologi mutakhir dan dana yang memadai, upaya pengeboran Reerink hanya bertahan sekitar satu tahun, yakni hingga 1872.
"Hasil yang didapatkan tidak begitu menggembirakan," ungkap Naro.
Sumur yang digali hingga kedalaman 250 meter ini tidak memberikan hasil optimal, menyebabkan Reerink kehabisan modal dan proyeknya terbengkalai.
Dikonfirmasi sebagai Sumur Pengeboran Pertama
Naro menegaskan bahwa banyak sumber, termasuk ahli dari Pertamina, mengonfirmasi sumur di Maja Selatan ini sebagai lokasi pengeboran minyak pertama di Indonesia. "Profesor Awang (Prof. Awang Satyana) juga menyebutkan bahwa memang di sini adalah sumur bor minyak pertama di Indonesia," katanya. Bahkan, GEO Magazine, majalah bulanan Jerman yang berfokus pada geografi dan lingkungan, pernah mengangkat kisah sumur ini, mengoreksi narasi sebelumnya yang menyebut Langkat sebagai lokasi pertama.
Meskipun memiliki nilai sejarah tinggi, Pertamina sejauh ini belum melanjutkan eksplorasi di lokasi tersebut.
"Sekarang kan zamanya satelit, bisa dilihat mungkin potensinya bagaimana, kerugiannya bagaimana," jelas Naro, mengindikasikan bahwa potensi ekonomisnya mungkin tidak sebanding dengan biaya eksplorasi lanjutan.
Hingga kini, sumur pengeboran bersejarah itu masih berada di tengah sawah milik warga. Bahkan, aroma minyak tanah masih cukup tercium kuat dari dalam sumur, seolah menjadi pengingat bisu akan jejak awal industri perminyakan di Indonesia.
0 Comments