Tantangan Pertanian di Jabar, dari Alih Fungsi Lahan hingga Menurunnya Minat Generasi Muda dalam Bertani!

Source: Ilustrasi / Canva

infomjlk.id — Predikat Jawa Barat sebagai lumbung pangan nasional kini berada di ujung tanduk. Di balik nama besar sebagai pemasok utama kebutuhan pangan negara, provinsi ini diam-diam mengalami kemunduran serius di sektor pertanian. Penyebab utamanya, alih fungsi lahan dan rendahnya minat generasi muda untuk menggeluti profesi sebagai petani. 


Data dari Kantor Staf Presiden mengungkapkan, Indonesia kehilangan 50.000–70.000 hektare lahan pertanian setiap tahunnya. Jawa Barat menjadi salah satu wilayah yang terdampak paling parah. Statistik menunjukkan, luas sawah di provinsi ini menyusut drastis dari 936 ribu hektare (2014) menjadi hanya sekitar 898 ribu hektare (2018). Dalam kurun 2022 hingga 2024, luas panen padi bahkan turun dari 1,66 juta hektare menjadi hanya 1,47 juta hektare. 


Dikutip dari IDN Times, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jabar, Entang Sastraatmadja, menegaskan bahwa kejayaan masa lalu kini tinggal kenangan. "Dulu kita surplus jutaan ton padi. Sekarang, Jawa Timur justru lebih unggul dalam produksi," katanya, Jumat (7/6/2025). Ia menyoroti masifnya konversi lahan pertanian menjadi kawasan industri, perumahan, hingga proyek strategis nasional seperti jalan tol dan bandara, yang mempercepat pengikisan lahan pertanian produktif. 


Meski ada regulasi perlindungan lahan, realitanya pemerintah daerah sering tak berdaya saat berhadapan dengan proyek besar berskala nasional. “Ini ancaman nyata bagi masa depan pangan kita,” tegas Entang. 


Tak hanya kehilangan lahan, sektor pertanian juga mengalami krisis regenerasi. Minat anak muda terhadap profesi petani terus menurun. Minimnya jaminan kesejahteraan menjadi faktor utama. "Jika tak ada insentif dan kepastian penghidupan layak, jangan harap anak muda mau turun ke sawah," ujar Entang. 


Padahal, sektor ini masih sangat penting. Menurut jurnal Juri Juswadi dan Pandu Sumarna (2023), pertanian di Jabar masih menyerap lebih dari 3,5 juta tenaga kerja. Sayangnya, kesejahteraan mereka belum terjamin. Nilai Tukar Petani (NTP), indikator daya beli petani, menunjukkan tren menurun, dari 117,43 pada Februari 2024 menjadi 113,53 di Februari 2025. 


Di tengah lesunya dunia pertanian, upaya regenerasi tetap digalakkan. Salah satunya melalui program Petani Milenial yang digagas di era kepemimpinan gubernur sebelumnya. Meski sempat menuai kontroversi, inisiatif ini dinilai relevan karena mendorong keterlibatan generasi muda dalam sektor pangan. 


Tanpa langkah serius dan kebijakan super prioritas dari pemerintah, Jawa Barat berisiko kehilangan identitasnya sebagai salah satu pusat pertanian nasional. Perlindungan lahan, insentif bagi petani muda, dan komitmen kepala daerah menjadi kunci menjaga ketahanan pangan di masa depan. 

Post a Comment

0 Comments