infomjlk.id — Tradisi Sunda terkait kelahiran bayi, khususnya yang lahir di bulan Sapar, dikenal dengan nama "Bobotan" atau "Ngabobot/Batimbang". Tradisi ini bertujuan untuk menyeimbangkan kehidupan dan pertumbuhan bayi, terutama jika lahir di bulan Sapar yang dipercaya sebagai bulan yang penuh energi gaib.
Tradisi ini melibatkan penimbangan bayi bersama dengan benda-benda tertentu seperti Al-Qur'an, beras ketan, kelapa muda, dan tebu merah. Proses penimbangan dilakukan sebanyak tiga kali, dan setiap kali berat bayi seimbang dengan benda-benda tersebut, bayi akan dikeluarkan.
Penimbangan ini bukan sekadar ritual fisik, tetapi juga simbolis. Ia bertujuan untuk menyeimbangkan kehidupan dan pertumbuhan bayi, agar tumbuh kembang sesuai dengan harapan dan menjadi anak yang baik.
Bulan Sapar dalam kalender Islam diyakini sebagai bulan yang penuh energi gaib dan sering dikaitkan dengan upaya untuk menolak bala atau nasib buruk. Oleh karena itu, tradisi bobotan/batimbang ini dilakukan untuk melindungi bayi dari hal-hal negatif yang mungkin terjadi di bulan tersebut.
Selain penimbangan, tradisi bobotan/batimbang juga melibatkan kegiatan lain seperti doa, bacaan Al-Qur'an, dan kegiatan sosial lainnya seperti membagikan tajin (bubur manis) kepada tetangga dan keluarga dekat.
0 Comments