Perayaan Maulid Nabi Muhammad: Memaknai Teladan, Ajaran, dan Kepemimpinan Rasulullah SAW

 



InfoMJLK.id -- Perayaan Maulid Nabi Muhammad merupakan perayaan atas lahirnya Nabi Muhammad SAW, pada tanggal 12 Rabiul Awwal dalam kalender Hijriah. Perayaan ini diadakan setiap tahunnya dengan tujuan memaknai teladan, ajaran, dan kepemimpinan Rasulullah, serta mengenang kembali sejarah hingga perjuangannya. 


Banyak cara yang bisa dilakukan untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad. Umumnya di setiap daerah di Indonesia, dalam merayakan Maulid Nabi biasanya masyarakat akan melangsungkan suatu tradisi sesuai adat istiadat di daerahnya, atau pengajian serta sholawat bersama sebagai bentuk cinta kasih kepada Nabi Muhammad SAW. 


Selain itu, sebagai umat islam yang cerdas dan paham akan sejarah. Kita bisa merayakan Maulid Nabi dengan cara membaca dan memaknai kembali gagasan-gagasan Rasulullah SAW yang membawa pengaruh besar terhadap peradaban manusia. Hal ini tentunya berkaitan erat dengan konteks 'bagaimana cara kita memaknai teladan, ajaran, serta kepemimpinan Rasulullah SAW'. 


Telah kita ketahui bersama, beberapa gagasan dari Rasulullah SAW yang membawa pengaruh besar terhadap peradaban manusia di antaranya meliputi: keadilan, moralitas, etika, toleransi, kesetaraan manusia, dan pendidikan. Dalam hal keadilan contohnya, Rasulullah sebagai suri tauladan utama mengajarkan konsep dan praksis keadilan secara paripurna. Rasulullah SAW memberlakukan hukum tanpa tebang pilih. Ini tampak dalam berbagai babak kehidupan beliau, meski pemaaf dan penuh kasih, Rasulullah tidak pernah berkompromi terhadap penegakan hukum; sebab Al-quran dan Sunnah itu sudah jelas. 


Adapun moralitas yang dibawa Rasulullah terlihat dari bagaimana ia memimpin suatu bangsa. Disebutkan dalam Al-quran, firman Allah "Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (QS At-taubah: 128)

Dilansir dari khazanah.republika.co.id, ada tiga sifat moral kepemimpinan Rasulullah SAW berdasarkan ayat di atas. Pertama, dalam bahasa modern sifat ini disebut Sense of Crisis, yaitu kepekaan atas kesulitan rakyat yang ditunjukkan dengan kemampuan berempati dan simpati kepada pihak-pihak kurang beruntung. Kedua, Sense of Achievement, yaitu semangat yang menggebu-gebu agar masyarakat dan bangsa meraih kemajuan. Ketiga, Pengasih dan Penyayang, Rasulullah merupakan seorang pengasih dan penyayang. Dan kita sebagai umat yang beriman wajib meneruskan kasih sayang Allah SWT dan Rasulnya dengan mencintai dan mengasihi umat manusia. 


Selanjutnya etika dan toleransi. Rasulullah SAW adalah sebaik-baik Nabi dalam membimbing umatnya, sebaik-sebaik ayah bagi anak-anaknya, sebaik-baik suami bagi istrinya, sebaik-baik kakek bagi cucu-cucunya, dan sebaik-baik sahabat bagi sahabat-sahabatnya. Rasulullah sangat menjunjung tinggi sopan santun, beradab, dan menghormati siapapun. Sebagai seseorang yang berakhlak mulia, beliau mengajarkan kepada kita betapa pentingnya saling menghargai. 


Dalam hal kesetaraan manusia, Islam menegaskan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan dengan kedudukan yang sama di hadapan-Nya. Begitu juga Rasulullah SAW,  beliau sangat mengutuk keras rasialisme. Rasulullah secara tegas menyatakan semua manusia adalah keturunan Adam dan Hawa. Orang Arab tidak lebih unggul dibandingkan non Arab. dan orang non Arab tidak lebih unggul dari orang Arab. Begitu pula, orang Kulit Putih tidak lebih unggul dari orang Kulit Hitam, dan Kulit Hitam tidak lebih unggul dari orang Kulit Putih, kecuali atas sikap dan perbuatan baik mereka. Ajaran Rasulullah ini telah menginspirasi kita semua untuk memperjuangkan kesetaraan ras dan keadilan bagi semua orang. 

Sedangkan pendidikan, merupakan satu komponen penting dalam Islam. Kita sebagai umat Islam diwajibkan untuk menuntut ilmu, bahkan dalam Al-quran sendiri kerap ditemukan seruan agar manusia mau berpikir dan mengolah kemampuan akal mereka. Kemudian salah satu yang menjadikan pendidikan merupakan hal penting dalam Islam, yakni ketika Rasulullah SAW mengajarkan akidah di rumah Aqom bin Arqom. Beliau juga telah menjadikan mengajar baca-tulis bagi 10 penduduk Madinah sebagai syarat pembebasan bagi setiap tawanan Perang Badar. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan memiliki peranan penting di mata Rasulullah SAW. (INF). 

Post a Comment

0 Comments