infomjlk.id - Halo baraya info MJLK, baraya pasti pernah berpikir kalo misal saya dilahirkan di negara Amerika atau negara lainnya pasti saya tidak akan begini bukan? Tetapi pada hakikatnya kita tidak bisa memilih dari rahim siapa kita dilahirkan dan dimana kah kita akan menapakkan langkah kaki kita saat masih balita. Namun saya sangat bersyukur saat saya tahu bahwa saya lahir di desa Buniwangi. Lalu seperti apa sih suka duka saya sebagai warga Buniwangi? Mari simak ceritanya ya.
1. Masyarakat yang Ramah
Menjadi salah satu anak yang dilahirkan dari keluarga sederhana dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemasyarakatan merupakan berkah tersendiri yang tak bisa saya bayangkan. Apalagi gotong royong merupakan salah satu budaya yang masih dipegang oleh masyarakat Buniwangi, setiap elemen masyarakat selalu bahu membahu ketika akan melakukan sesuatu seperti melakukan operasi bersih, ketika membangun sarana ibadah, ataupun membangun sarana kreativitas masyarakat. Bahkan saling bertegur sapa ketika bertemu pun seakan menjadi kewajiban yang tak perlu diingatkan selama saya tinggal di desa Buniwangi.
2. Alam yang masih asri
Bertempat di lokasi yang jauh dari hiruk-pikuk keramaian kendaraan merupakan berkah tersendiri bagi masyarakat desa Buniwangi. Banyak alam yang masih asri tanpa dirusak oleh polusi udara dari emisi kendaraan yang biasa baraya hirup di kota kota besar. Hal ini menjadikan pohon-pohon dapat tumbuh subur, bahkan ada salah satu pohon beringin yang paling ikonik di desa ini yang sudah berumur sekitar 350 tahun, luar biasa bukan? Walaupun desa Buniwangi jauh dari kaki gunung ciremai tetapi jangan salah, baraya bisa menikmati indahnya gunung ciremai berhiaskan pematang sawah dari desa Buniwangi juga loh.
3. Kurangnya Sarana pendidikan
Menjadi desa yang jauh dari kota tak hanya sekedar membekaskan kesan positif, namun ada hal tertentu yang menjadi permasalahan utama di desa Buniwangi ini. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pendidikan anak-anaknya menyebabkan rata-rata pemuda di desa Buniwangi memilih bekerja saat lulus SMP. Hal ini tentunya berbanding lurus dengan taraf perekonomian masyarakat Buniwangi yang hanya mencapai level menengah kebawah. Dan yap benar, pemuda di desa Buniwangi dipaksa menjadi sandwich generation oleh keadaan. Namun seiring berjalannya waktu, kini pemuda yang meneruskan ke jenjang SLTA pun semakin meningkat, tapi belum banyak yang bisa memakan bangku perkuliahan disini. Oleh karena itu, menjadi salah satu orang yang terpelajar di desa Buniwangi ini menjadikan sebuah cambukan bagi saya untuk menyelesaikan permasalahan ini agar generasi penerus nanti bisa menjadi lebih baik.
Sekian yang dapat saya bagikan tentang suka duka menjadi warga Buniwangi, nantikan informasi menarik lainnya hanya di website Info MJLK.
Irfan Kurnia Padllul Rohman
0 Comments