Interview dengan Yuda Henri Saputra, Masih 28 Tahun tapi Sudah Jadi Kuwu





Infomjlk.id - Masih dalam hawar-hawar atmosfer pilkades serentak 2023 di Majalengka, banyak cerita menarik yang belum tersampaikan. Salah satunya adalah kemenangan Yuda Henri Saputra; kepala desa terpilih paling muda se-kabupaten Majalengka. Lahir pada 26 Desember 1994, dan belum genap berusia 30; usia relatif muda jika dibandingkan dengan Kepala Desa yang lain, ketika pemuda seusianya masih nongkrong Yuda; sudah mengemban amanah mengurusi lebih dari 1000 warga. Malam kemarin, infoMJLK mengunjunginya Kepala Desa Jatiwangi periode 2023 - 2028 ini, sekalian memesan 2 mie tektek Pak Joko di depan Alfamart Jatiwangi yang akan diambil sepulang dari Yuda. Sesampainya kami di kediamannya, Yuda sedang diskusi bersama rekan-rekannya. Walau sibuk ia tetap menyambut kami dengan ramah, didampingi istrinya ia mempersilahkan infoMJLK diberi kesempatan berbincang. Berikut petikan interview kami.

Bagaimana awal perjalanan, kok bisa-bisanya jadi Kuwu?


Awalnya bukanlah saya yang dicalonkan menjadi kepala desa oleh Almarhum ayah (Enjoy Rizky GDL) namun ketika beliau bertanya kepada masyarakat, mereka malah menyodorkan nama saya, bagaimana jika saya menjadi calon kuwu melawan petahana. Barangkali masyarakat sudah percaya kepada keluarga kami.

Niat enggak sih, Yud, kamu menjadi Kuwu (Kepala Desa) Jatiwangi? Bapak kamu memimpin dua periode, ibu satu periode, terbayang enggak bakal jadi kuwu juga?

Awalnya sih enggak kepikiran, tetapi semakin kita dewasa semakin merasa terpanggil untuk meneruskan jejak mereka, karena saya pikir program-program pemerintah desa masih bisa lebih dioptimalkan.


Petahana menjabat hanya satu periode, setelah mengalahkan ibu. Di rematch kali ini, kamu memenangkannya. Apakah ini artinya masyarakat Desa Jatiwangi kangen dengan kepemimpinan keluarga kamu?

Ya, bisa jadi. Semoga saya bisa membuktikan kepercayaan masyarakat saja.


Tapi waktu pemilihan kemarin, optimis bakal menang?

Optimisme mah ada, apalagi ketika menyaksikan antusiasme warga. Sebenarnya cukup percaya diri dengan pendidikan, tetapi rasanya di pilkades masyarakat enggak memandang itu, jadi tetep harus turun ke masyarakat, dan itu nyatanya berhasil. Hikmahnya kalau dulu sebelum pemilihan saya sering di luar Desa Jatiwangi, nah ketika pencalonan saya bisa berbaur dan reconnecting dengan teman-teman masa kecil.


Enggak bakal main Mobile Legends lagi dong ini mah?

Masih sih, tapi ya enggak bakal sesering sebelum jadi Kepala Desa. 


Masih 28 tahun, apa enggak terlalu muda tuh jadi Kepala Desa?

Sebelum pencalonan, saya selalu bertanya kepada diri sendiri. Yakin enggak? Tentu dalam setiap pilihan selalu ada konsekuensi. Setelah berpikiri matang-matang, saya mau mengorbankan waktu masa muda ini demi mengabdi ke masyarakat.


Kehilangan almarhum Ayah saat mimpi terjuwud, bagaimana rasanya?

Sangat sedih, bahkan ketika pidato kemenangan kemarin warga juga ikut menangis. Ketika saya berhasil mewujudkan harapan ayah, beliau tidak menyaksikannya.


Ayah kamu kan Legenda, kamu nggak hanya bakal dibanding-bandingkan dengan kepala desa yang lain, tetapi juga dengan almarhum Bapak Enjoy Rizky, dan tentu ini adalah standar yang sangat tinggi. Apakah ini jadi beban atau justru jadi motivasi?


Jadi motivasi. Sepak terjang Ayah bukan hanya menjadi kepala desa, tetapi juga di APDESI, GAPENSI, Gema Desa dan lain-lain. Seperti yang kita ketahui, beliau merangkak sendiri dari nol, dan dia bisa. Seharusnya saya bisa lebih dan meneruskan jejak ayah, apalagi beliau bukan hanya meninggalkan ilmu tetapi juga relasi. Ini adalah previlege, seharusnya saya bisa lebih maju.

Apa pesan almarhum untuk memimpin Desa?

Wah ya banyak, Yang pertama dan utama harus jujur, mengelola pemerintahan desa itu gampang dan enggak bakal berat, selama niat kita untuk melayani masyarakat dan ibadah. Jangan jadikan gaji dari kuwu sebagai penghasilan utama, kalau bisa gaji mah enggak perlu diambil, sebab sejatinya menjadi kepala desa adalah mengabdi bukan mencari-cari keuntungan. Juga tentang soal jadikan aparat/pamong desa sebagai keluarga sendiri. Insyaallah, saya akan melaksanakan seluruh amanat beliau.

Apa program yang bakal diutamakan?

Kami pengen mengutamakan pertanian sih, sawah di sini banyak tetapi banyak yang tidak tersentuh. Apalagi saat ini kan anak-anak muda bekerja di pabrik, hanya para orang tua sepuh saja yang masih pergi ke sawah. Nanti mau sama siapa kelak kalau mereka sudah enggak ada.


Yang kedua adalah ingin membangun sarana dan prasarana. Desa Jatiwangi punya banyak prestasi di bidang olahraga, loh, tapi sarprasnya kurang memadai. Minimal anak-anak muda di sini dapat menyalurkan hobi.

Harapan setelah menjadi Kepala Desa

Semoga mewujudkan cita-cita almarhum, semoga beliau menemani dalam setiap langkah yang saya ambil, dan bisa jadi kebanggaan dari alam sana. Saya juga ingin setiap program dan langkah didukung oeh warga, ingin berdampingan dan tetap dekat dengan warga; sehingga program-program kami dapat tepat sasaran.







Enggak terasa waktu berputar, jam telah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Mendengar perjuangan Yuda Henri Saputra memang tidak mudah, tetapi ia telah siap kehilangan masa mudanya untuk sesuatu yang lebih besar. Kami harus bergegas pulang sebelum mie yang dipesan dingin. Kita lihat saja sepak terjang Yuda ketika sudah dilantik menjadi kepala desa nanti. Semoga bisa menjadikan vibes Desa Jatiwangi lebih anak muda, Yuda.



Post a Comment

0 Comments