14 Hal Ini Hanya Dapat Dipahami oleh Orang Burujul Kulon, Nomor 9 Bikin Geleng-Geleng


infomjlk.id - Burujul Kulon adalah salah satu dari 16 desa di Kecamatan Jatiwangi. Dahulu Desa Burujul Kulon dan Wetan adalah satu; yang kemudian dipecah menjadi Desa Burujul Wetan dan Burujul Kulon. Menurut Illa Syukrilla, secara kebudayaan; Ranji, Baturuyuk, sampai Kasokandel juga dulunya termasuk Burujul. “Beberapa desa tadi berbagi tokoh (legenda) masa lalu dan bahkan linguistik. Membuktikan bawha kita pernah satu di dalam sejarah,” tutur pria yang akrab disapa Pak Kadus Illa ini kepada infoMJLK. Kami juga menulis ini ditambah dengan bekal referensi “Buku Burujul” yang ditemukan pada tahun 1988, isinya membahas segala tentang Burujul sejak zaman Mataram. Lalu apa saja hal-hal yang hanya ada di Burujul? Kira-kira apalagi hal yang hanya dapat dipahami oleh orang Burujul Kulon? apakah ada baraya yang tinggal di sana?

1. Ubey/Abey

Ubey dan Abey adalah sebutan orang Burujul Kulon untuk memanggil dirinya sendiri. Sama seperti “aku/saya” dalam bahasa Indonesia, atau "aing/uing" dalam bahasa Sunda. Ini merupakan ciri khas orang Burujul Kulon, yang bahkan orang Burujul Wetan atau desa mana pun di Jatiwangi enggak menggunakannya. Sayangnya, penggunaan kata Ubey dan Abey sudah jarang terdengar diucapkan oleh angkatan muda Burujul Kulon, bisa jadi lima sepuluh tahun ke depan bakal punah sih. Meskipun begitu generasi boomers di sini masih ada yang memakai "Ubey/abey," termasuk Kadus Illa sendiri. 


2. Jauh ke Desa


Seperti yang sudah disinggung di pembukaan. Sebenarnya enggak jauh-jauh amat kok, tapi ya memang kalau untuk mengurus adminstasi di desa. Orang Burujul Kulon harus menyediakan effort lebih, sebab kantor kepala desanya berada di ujung timur (wetan), dan sebaliknya. "Ya sebagaimana desa bekas pemekaran,"


3. Berbagi Masjid dengan Burujul Wetan


Pemekaran juga berimbas pada masjid desa, perkara shalat id atau salat jumat, orang Burujul Kulon banyak yang memilih salat di Al-Ittihad yang berada di wilayah administrasi Burujul Wetan.  Tetapi bukan berarti warga Burujul Kulon tidak religius, "Masjid, mushala, tajug sebenarnya banyak sekali. Bahkan termasuk yang paling banyak. Masjid jami pun juga ada di Cibogo," kata Illa.


4. Bak Korut dan Korsel


Burujul Kulon dan Burujul Wetan bak Korut dan Korsel, sebab rasanya, Burujul Wetan lebih gemerlap. Penduduk desa tetangga juga jauh lebih banyak, oleh sebab itu daerahnya cenderung lebih ramai ketimbang Burujul Kulon. Bedanya dua negara di semenanjung Korea tersebut terpisah karena perbedaan ideologis, sementara duo Burujul dipisahkan oleh pemekeran desa.


5. Rumput Tetangga Lebih Hijau


"(Burujul) Wetan lebih keren," entah ini hanya asumsi kami orang-orang Burujul Kulon atau memang kenyataannya begitu, "Di era kejayaan Pabrik Genteng, orang (Burujul) Wetan dahulunya banyak yang sadar akan pendidikan, mereka menyekolahkan anak-anaknya tinggi-tinggi. Tokoh-tokoh masa lalu juga lebih banyak dari (Burujul) Wetan." kenyataan ini bikin orang Burujul Kulon, ketika mereka berada di pergaulan yang lebih luas, misalnya lagi main ke Jatiwangi, ketika ditanya dari mana, menjawabnya hanya dengan "Burujul," seolah-olah menyembunyikan "Kulon-nya." 

Ini memang enggak terlalu penting sih, tapi sebagai sesama pewaris nama "Burujul," orang Burujul Kulon kepalanya akan lebih tertunduk, ketimbang orang Burujul Wetan. Sebagai sesama pewaris nama "Burujul". kedua desa ini juga kerap dibanding-bandingkan.


6. Tak Ada Burujul Kulon atau Wetan Hari Ini


Illa menolak gagasan tentang Kulon dan Wetan dipisahkan, "Ya itu kan hanya dari segi administratif, dan oleh pemerintah." Rasanya orang Burujul baik Wetan dan Kulon masih saling bertautan, terutama dibangun oleh kekerabatan para orang tua kita.


Burujul Kulon dan Burujul Wetan dipisahkan hanya dari segi administratif, sisanya kami tetap satu.


7. Penamaan Blok/Dusun


Penamaan dusun atau blok di Burujul Kulon sendiri menggunakan nama ci-ci (air:bahasa Sunda). Terdapat 6 dusun; Cipinang, Ciporang, Cinancang, Ciwalur, Cibadak, dan Cibogo. Penamaan tersebut berdasarkan, misalnya ada nama dusun bernama Cibadak, konon ini dari ci/cai + badak. "Konon menurut orang tua, dahulu di situ hidup kerbau besar, karena saking besarnya dia dijuluki si badak," tutur Illa.

Ternyata penamaan ini bukan dari sejak zaman kolonial, "Dulu mah sama kaya Burujul Wetan, menggunakan nama hari. Tapi ya karena pengen beda, diganti menggunakan nama-nama tersebut," 

8. Cibogo


Ada salah satu dusun bernama Cibogo, dusun ini mirip seperti Aceh atau Papua di Indonesia. Letaknya yang agak jauh dari pusat Burujul bikin Cibogo memiliki kebudayaan dan peradaban sendiri, bahkan sedang digodok agar Cibogo bisa menjadi desa sendiri. Jika ini menjadi kenyataan, sepertinya ubey harus say bye to Cibogo.


9. Cikanj*t


Cikanjut adalah nama daerah di Burujul Kulon, dari SD Burujul Kulon 1 ke arah selatan. "Nama ini dari Kanjut Kundang," dalam budaya sunda sendiri Kanjut Kundang merupakan tempat menyimpan uang (dompet), tas kecil terbuat dari, mereka membawa ini ke mana pun pergi sebagai tempat menyimpan uang koin. "Saat ini menggunakan nama Cikembang, karena barangkali orang malu saat menyebutkannya," tutur Illa.



10. Pabrik Genteng dan PT Wijaya Karya


Burujul Kulon juga termasuk penyangga identitas Jatiwangi, berkat banyaknya Pabrik Genteng yang berdiri di desa ini. Beberapa diantaranya adalah nama besar, dan telah banyak menyerap tenaga kerja dari Kecamatan Jatiwangi, Kasokandel, Dawuan, dan sekitarnya. Pabrik Genteng dan Burujul Kulon adalah dua hal yang saling bertautan, keduanya berbagi cerita dan romantisme masa lalu. Walaupun saat ini, Pabrik-pabrik genteng di Burujul Kulon banyak gulung tikar, yang masih bertahan pun tengah berjuang mati-matian.


Nah di masa kejayaan Pabrik Genteng, karena melihat atmosfer industri di Burujul Kulon memadai, PT Wijaya Karya membuka pabriknya di sini. Termasuk salah satu BUMN pertama yang buka cabang di Kabupaten Majalengka, dan di masa lalu telah banyak menyerap warga Burujul Kulon untuk bekerja di sana, bersandingan dengan Pabrik Genteng.


11. Nama dan Sejarah


Konon nama Burujul berasal dari Wuluku atau Singkal, yakni suatu alat pertanian untuk membajak tanah, karena pada waktu itu umumnya masyarakat Burujul Kulon memulai peradaban dengan membuka lahan dan bercocok tanam menggunakan alat tersebut. Disebutkan pula dalam Buku Burujul, awal mula kehidupan manusia ditemukan di sini, berkaitan dengan Kerajaan Mataram yang hendak ke Batavia. Ada pasukan yang memilih menetap dan beranak pinak, Kuwu atau Kepala Desa pertama yang tercatat sejarah adalah Muhamad Ilyas, beliau memimpin Burujul Kulon dan Wetan pada tahun 1800-an.


12. Kepala Desa


Burujul Kulon saat ini dipimpin oleh M. Akhsan, Kepala Desa yang akrab disapa Pak Acun ini memenangkan pilkades yang baru dilaksanakan beberapa minggu lalu. Yang banyak dikenal masyarakat, menjadi tokoh dan ikon kepala desa sendiri adalah Pak Kuwu Ucu (Suparsa) dan Pak Kuwu Dede (Supriadi), keduanya merupakan dua Kepala Desa yang memimpin Burujul Kulon selama 10 tahun. Keduanya adalah ikon dan semua orang Burujul Kulon kenal.


13. Pom Bensin Al Masoem


SPBU ini dikelola oleh Masoem Group, dan merupakan SPBU pertama di Jatiwangi. Dulu sih, orang Jatiwangi mesti ke Burujul Kulon kalau mau isi bensin di pom, dan saat ini sepertinya masih jadi tempat isi bensin buat orang-orang Burujul Kulon. Berlokasi tepat di depan sekolah SMP Muhammadiyah Jatiwangi, di Jalan Raya Cirebon - Bandung No.234.


14. SMK Bhakti Kencana dan SMP Muhamaddiyah


Dari segi pendidikan, Burujul Kulon punya SMK Bhakti Kencana dan SMP Muhamaddiyah, banyak anak-anak Burujul Kulon dan Jatiwangi sekolah di sini.


Itulah 14 hal yang dapat dipahami oleh orang Burujul Kulon. Adakah baraya yang tinggal di Burujul Kulon? kira-kira mau nambahin apa?




Post a Comment

0 Comments