infomjlk.id - Kita rupanya masih menggandrungi wayang golek. Terukur dari kesetiaan mereka yang bertahan hingga pukul tiga pagi kala lakon Jakatawang Antasena mencapai akhirnya. Yah, kurang lebih sejumlah 484 orang lah.
Padahal cuaca sekitar GGM sempat murung setidaknya dua jam jelang pertunjukan dimulai. Mujur, dari gunung menancap pertama kali sampai penghabisan, langit jadi cerah. Secerah masa depan kita.
Bukan tiba-tiba wayang memang. Adalah Universitas Majalengka yang beri hiburan rakyat ini buat meriahkan milangkala, alias Dies Natalis, yang ke-17. Mereka undang Putra Giriharja 3 pimpinan dalang Dadan Sunandar S. Telah disinggung pada kalimat kedua tulisan ini jika kisah yang dibawakan berjudul Jakatawang Antasena; salah satu putra Bima yang besar di bawah laut.
Setelah kakeknya buka tabir siapa ayah Antasena sebenarnya, ia bergegas ke daratan hendak menemui Bima dan berbakti. Niat ini lantas berbenturan secara takdir dengan agenda personal Gangga Trimurka, yang idamkan Pregiwati sebagai pengantinnya. Walau Pregiwati ini sudah bersuamikan Pancawala, anak Yudistira – sepupu juga dari Antasena.
Sebab sudah sewajarnya suami turut melindungi kehormatan istri, Pancawala hadang itu upaya penculikan milik Gangga Trimurka. Namun kandas ketika sang tokoh antagonis semburkan bisa - konon ini mampu lelehkan besi dan hati calon mertua – ke wajah Pancawala.
Putra Mahkota Amarta gugur tanpa seorang saksi pun di sekitar. Jasadnya dilempar ke lautan. Gangga Trimurka telah laksana menculik Pregiwati.
Nah, dasar jalan cerita, jasad itu ditemukan Antasena dalam perjalanan menuju daratan. Nyala penasarannya terpantik sebab badan yang ia temukan tetap utuh – tak disentuh apalagi digado oleh para penghuni laut – meski berwajah tak beraturan, hasil dari pertarungan.
Kehadiran jasad misterius tersebut turut mendorong gejala-gejala tak apik bagi lingkungan di sana; temperatur air jadi naik, ikan-ikan gelisah, kutub utara mencair dan sebagainya. Agaknya simpati untuk kemaslahatan bersama itu yang bikin Antasena rawat jasad Pancawala.
Dari daratan hilangnya sejoli Pancawala dan Pregiwati membuat gempar. Diutuslah duo Gatotkaca-Antareja sebagai tim SAR. Tak ketinggalan mendampingi para abdi terpercaya nan jenaka: Semar, Cepot serta Dawala.
Masih ngikutin, kan? Antasena, yang masih sosok asing bagi keluarga Pandawa, membawa jasad Pancawala. Kemudian telusur tim Gatotkaca-Antareja sebagai tim pencari. Tak ada sesiapa sebagai penyaksi. Semuanya memandu pada sebuah klimaks: Para putra Bima saling beradu kesaktian!
Di luar itu, ada pemandangan penjual minuman sobek, alas duduk, dan camilan ringan yang hilir mudik tiada jemu dari awal hingga akhir pertunjukan. Seorang balita lelap bersandarkan bahu ayahnya. Ceuleukeuteuk Bibi-Bibi dua depa di belakang tempat nangkring saya. Juga langit cerah malam itu, yang secerah masa depan kita.
Raka Langit
0 Comments