Ketika Orang Jepang Menjamu Pegawai Pabrik Genteng


Infomjlk.id - Sabtu (18/3) Pagi ini kami berkunjung ke acara jamuan pesta makanan yang diselenggarakan oleh JAF (Jatiwangi Art Factory) bertempat di Pabrik Genteng Super Bambang di Baturuyuk. Di sana kami disambut hangat oleh teman-teman JAF dan menyuruh kami untuk duduk di tempat yang telah disediakan. Bertempatkan di Jebor dan lebih tepatnya di depan hawu atau tempat pembakaran genteng. Seperti jamuan di tempat lain, makanan yang disuguhkan yaitu buah-buahan dan makanan lainnya. Namun yang membuat menarik yaitu mereka menggunakan alas makan serta gelas dari bahan tanah liat dan bukan sekedar jamuan, mereka membuat jamuan ini terasa khidmat dan sakral. Acara tambah lengkap dengan kehadirannya Gakuzi Masui atau nama sundanya yaitu Ujang berasal dari Yamaguchi, Jepang. Menurutnya Majalengka dan Yamaguci memiliki kemiripan yaitu sama-sama memiliki beragam budaya. Budaya di Jepang dipengaruhi oleh China dan Korea. Kemudian diadaptasi oleh Jepang dan menjadi budaya Jepang. Di Majalengka terdapat banyak tradisi dan inovasi yang bisa dikembangkan. Banyak potensi yang dikembangkan yaitu mewujudkan budaya gerabah, jamu dan estetika makanan serta tata krama dalam menjamu makanan. Budaya minum teh di Jepang pun hasil dari pengembangan potensi di Jepang. Budaya minum teh bukan hanya sekedar melepas dahaga tapi menjadikan minum teh tersebut sebagai seni. 

Sebagai Pengawal Jawara, Pak Illa Syukrillah pun turut menyampaikan pendapatnya mengenai pengelolaan tanah, diharapkan tanah bukan hanya untuk membuat genteng tapi bisa pula membuat bahan untuk pembuatan rumah roaster. Menurut Pak Illa, pegawai pabrik genteng memiliki jatah cuti yang tak terbatas. Pegawai masih bisa bertani apabila panen segera tiba, bisa ijin tidak bekerja hampir seminggu jika alasannya yaitu bantu-bantu atau biasa disebut babanton ketika kerabat akan memiliki hajat, yap di Majalengka khususnya Jatiwangi masih memiliki tradisi babanton yang masih terpelihara hingga saat ini. Diharapkan pabrik pengelolaan tanah tetap eksis dengan cara terus berinovasi. Pemilik jebor Super Bambang, Pak Ricky bahwa Pabrik Genteng Super Bambang menyebutkan bahwa di Tokyo terdapat pabrik genteng namun dia harus pulang kampung untuk melanjutkan usaha orang tuanya yang telah didirikan sejak tahun 1960. Dalam pengelolaan pabrik genteng, dia mengimplementasikan budaya kerja yang diterapkan oleh perusahaan di Jepang serta perusahaan besar di Indonesia yaitu budaya kerja 5R singkatan dari Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin. 

Setelah perbincangan antara Pak Ila dan Pak Ricky. Kami disuguhkan dengan acara jamuan kopi, ramuan rempah serta teh. Pertama, kami diarahkan untuk menghadap ke arah kiri dari center point. Disana sudah terdapat Alfy yang sudah siap sedia untuk mempresentasikan sekaligus membuat kopi.  Dengan berbagai alat untuk pembuatan kopi serta gelas-gelas yang tersusun rapi di meja, setelah dipersilakan Alfy kemudian mempresentasikan kopi dari cerita mulanya kopi kasungka yang berasal dari kasungkal yang artinya terjungkal. pengambilan nama tersebut mulanya dari tanah lapisan di daerah Cicurug yang diangkat lalu dijungkalkan. Kopi ini diambil dari Lemahsugih. Kopi memiliki hal yang menarik mulai dari segi rasa, aroma lalu nilai yang terkandung kasih sayang. Menurut Alfy, kopi yang ia sajikan sangat special mulai dari proses produksi, roasting sampai dengan penyeduhan dan yang sangat berharga yaitu rasa kasih sayang itu sendiri. Obat untuk rasa sakit adalah dari kita sendiri seperti kopi ini. kemudian Alfy pun menyeduh kopinya. Alfy berharap bahwa orang-orang yang meminum kopi tersebut bisa merasakan rasa istimewa yaitu rasa kasih sayang dari mulai petani hingga penyeduh. Setelah Alfy menyeduhkan kopinya kemudian kami disungguhkan kopi dengan gelas yang terbuat dari tanah liat. Sambil menikmati jamuan tersebut, selanjutnya kami diarahkan untuk duduk mengarah ke arah Armand yang akan menghidangkan rempah. Armand pun telah siap  untuk mempresentasikan rempahnya dengan bahan-bahan dan alat yang telah diletakan di meja. Kemudian  iapun menceritakan asal mula rempah embassy. Armand pada saat itu fokus pada penelitian rempah hingga menjadi ramuan serta obat-obatan hingga di tahun 2019 menjadi proses pertemuan rempah-rempah dari sekitar Majalengka. Pada kesempatan kali ini, Armand menyuguhkan hidangan wedang angin yaitu minuman khas kota angin karena ditemukan di daerah Majalengka yang mana kota ini dijuluki sebagai kota angin. Minuman tersebut terdiri dari wedang jahe, rosela, kayu manis, cengkeh serta air. Rempah tersebut diekstraksi dan ditunggu hingga 3-5 menit sebelum di minum. Rempah banyak disekitar kita dan bisa dijadikan minuman seperti bumbu dapur seperti jahe, kayu manis, sereh asal kita mengetahui takaran dan proses pembuatannya. Presentasi telah usai dan wedang anginpun siap untuk dihidangkan. Lanjut ke presentasi terakhir yaitu dari Yussan Af dari teh senada. Setiap negara memiliki budaya menyajikan yang berbeda. Di Indonesia, minum teh menjadi tradisi yang hanya diminum sebagai pelepas dahaga atau sekedar minuman setelah makan telah selesai. Yussan ingin, minum teh bisa lebih dari itu. Yusan mencoba untuk menyeduh teh dengan seni. Setiap proses menyeduh teh, telinga kami dimanjakan dengan suara-suara teko, gelas saat proses penyeduhan teh. Presentasi dari Yusan menjadi penutup pada acara Jawara Kawara ini.

Nisa Nurhafsah

Post a Comment

0 Comments