Apa sih Hubungan Terakota dan Budaya Penjamuan?


infomjlk.id - Makan-makan adalah budaya kita. Papahare ada dalam kamus bahasa besar Sunda; yang artinya adalah makan bersama. Dengan keluarga besar per beberapa minggu sekali, dengan kolega pekerjaan, hingga ke acara reuni teman SMP. Di rentang, di jebor, atau bahkan di teras tetangga; menjadi bukti bahwa negeri kita adalah tanah kaya nan subur—sekaligus menunjukan berlimpah ruahnya sumber makanan—di negeri yang gemah, ripah, loh jinawi ini. Jamuan pesta makanan telah menjadi kebiasaan, ada di mana-mana, itulah sebabnya kamu mendapatkan jamuan ketika menghadiri acara pernikahan, bahkan acara tahlilan, atau sekedar kunjungan kepada seorang teman biasa. Di sisi yang lain, mengelola tanah juga budaya kita, bahkan kota ini telah menetapkan diri sebagai Kota Terakota; lalu apa sih kira-kira hubungan Terakota dan jamuan makan? Adakah acara Jawara Kawara ini mampu menguraikannya?


Acara dibuka oleh presentasi Gakuji Masui, “saya punya nama sunda; Ujang,” katanya, yang diterjemahkan langsung oleh Fuji Yuspida Wanci, yang sekaligus menjadi MC dalam acara ini. Ujang berasal dari Yamaguchi, sebuah kota dekat dengan Fukuoka, dia merupakan seorang keramikus yang sedang berbagi pengalaman dan pengetahuannya kepada warga Majalengka, dalam rangka residensi Majalengka-Yamaguchi antara JaF dan Do A Front. Nyaris satu bulan berkeliling Majalengka, ia sadar betul bahwa negeri ini punya banyak sekali potensi, terutama bahan makanan, dan yang paling menarik bagi seniman asal Jepang ini adalah selalu ada tradisi perjamuan dari warga lokal setiap kali dia datang pada sebuah tempat.


Oleh sebab itu Gakuji merasa bahwa saat ini adalah gilirannya untuk menjamu warga lokal, dan yang dipilih kali ini adalah; para karyawan Pabrik Genteng Super Bambang, di Desa Baturuyuk, Kecamatan Dawuan. Sekitar 20 orang pekerja, ditambah tokoh dan masyarakat sekitar, bahkan turut hadir pula Kepala Desa Baturuyuk; Kuwu Ejet. Yang mengambil peran sebagai pemimpin doa yang khusu. Selain pembacaan doa, dilakukan juga semacam ritual upacara sederhana yang dipimpin oleh Illa Syukrilla.


Dalam acara ini, Gakuji berkolaborasi dengan Aldizar, yang juga keramikus lokal. Mereka memilih Alfi Syahrian (Kasungka Coffee), Armand Knaci (Rempah Embassy), Yussan AF (Ini Teh Senada), dan Pandu Rahadian (Roti Wangi) untuk penjamuan. “Untuk acara ini kami butuh berhari-hari, karena semua tea set kopi set dan semua alat-alat yang dipakai sekarang, kami membuatnya terlebih dahulu,” seru Aldizar.


Hubungan penjamuan yang membudaya di kota kita dengan kota terakota adalah, sebab kota ini mulai punya beberapa jagoan kuliner, seperti Kopi Apik, Seblak Ceker Naga, Saung Eurih dan lain sebagainya. Dan nyatanya Aldizar dan Gakuji telah mampu menguraikannya lewat acara Jawara Kawara ini.

Post a Comment

0 Comments