infomjlk.id - Jika baraya tinggal di Majalengka bagian utara, pasti nama "Cisambeng" akrab di telinga; sebagai daerah produsen tahu, yang lebih dari 70% warganya mencari nafkah di situ. Kemungkinan besar, tahu atau tempe yang kamu makan hari ini, diproduksi di Cisambeng loh. Fakta yang ada juga saat ini Cisambeng berada di kawasan industri baru, bisa jadi, dalam beberapa tahun ke depan, pabrik-pabrik tahu di Cisambeng berubah menjadi garmen. Namun saat ini, Cisambeng memiliki sebuah impian besar bernama gastronomi. Apa itu Gastronomi? Mampukah heritage industri tahu yang sudah ada di wilayah ini sejak seratus tahun lalu dapat bertahan?
Segala yang bisa dilihat hari ini adalah manifestasi dari keresahan orang-orang zaman dulu, dan berusaha menemukan solusi dari keresahan; adalah definisi dari apa yang kita sebut sebagai mimpi.
Di era distrupsi, dunia bergerak terlalu cepat, dalam upaya perlawanan kiamat ekonomi yang digadang-gadang bakal terjadi tahun 2023 ini, Cisambeng menolak jatuh—sama seperti saat mereka melawan COVID-19, pada waktu itu produk mereka mengalami penurunan penjualan signigfikan, “Waktu itu penjualan tahu lesu, di tempat kami juga ada yang kena COVID sehingga menghambat kegiatan produksi. Waktu itu kami hanya berpikir bagaimana caranya masyarakat bisa produksi dan penjualan normal lagi,” tutur Muhamad Fikriyana pada kami, “dari situ lah, sekitar 2020, Gastronomi tercetus.”
Beraneka macam gempuran dari berbagai lini telah membidani lahirnya pilihan wisata Gastronomi untuk Cisambeng, sebagai bentuk upaya penyelamatan warisan lokal.
Apa itu Wisata Gastronomi?
Gastronomi merupakan seni makan yang baik, yang mempelajari hubungan makanan dalam kaitannya dengan pengetahuan sejarah dan budaya suatu daerah, sebagai kearifan lokal masyarakat setempat. “Wisata gastronomi ini merupakan panduan yang melibatkan setiap hal dengan makanan dan minuman yang berkaitan dengan refleksi dari sebuah sejarah, dampak budaya, dan kondisi lingkungan suatu daerah,” jelas Fikri. Karena itu gastronomi bukan hanya tentang kuliner tapi bisa menjadi potensi wisata yang bisa menarik banyak orang.
Gastronomi telah menjadi sebuah eduwisata baru khususnya untuk inovasi pengolahan produk lokal. Hal ini disebabkan karena makanan dan minuman dapat menjadi produk yang tersedia setiap saat karena merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk hidup. Selain itu, edukasi wisata kuliner dalam suatu daerah akan menjadi hal baru yang diminati, sehingga dapat meningkatkan apresiasi wisatawan lokal maupun asing terhadap warisan budaya kuliner di setiap daerah.
Masih menurut Fikri, sub sektor kuliner merupakan pemberi kontribusi yang cukup besar. Dari data KEMENPAREKRAF, sekitar 30% dari total pendapatan nasional didapatkan dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Industri kuliner menjadi salah satu pemeran utama yang sangat kuat untuk berkembang. Pemerintah melalui kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif sangat mendukung untuk sub sektor ini supaya lebih maju. Keberagaman kuliner Indonesia terjadi karena melimpahnya beraneka ragam rempah-rempah di Indonesia yang menjadi latar belakang aneka kuliner khas yang ada di Indonesia. Setiap daerah pasti memiliki kekayaan menu dan cerita dibalik hidangannya. “Semestinya kita bisa jadi yang terdepan dalam bidang gastronomi”.
Menghidupkan mimpi adalah upaya menjaga daya hidup. Untuk mewujudkannya, segalanya mesti dipersiapkan secara rinci. Idealisme pun hadir untuk mewujudkan mimpi-mimpi tersebut.
Dalam upaya perwujudan tersebut, Cisambeng bekerjasama dengan UPI untuk membuat kegiatan, dalam rangka membuat inovasi olahan tahu tempe. Enggak nanggung-nanggung, pada kegiatan yang telah dilaksanakan tahun 2021 tersebut, mereka melibatkan para pakar Gastronomi dan kuliner, bahkan mendatangkan orang luar negeri. Karang Taruna, Pemdes, Ibu-ibu PKK, dan perwakilan warga, juga dibantu oleh Komunitas Pabrik Tau bersama-sama melakukan persiapan hingga sebulan penuh. Hingga akhirnya, workshop, latihan inovasi produk, latihan membuat package, hingga pemasaran digital; berhasil dilakukan maraton selama dua hari.
Harapan luar biasa harus berbanding lurus dengan bagaimana kita bekerja keras untuk mewujudkannya.
Tentunya untuk mewujudkan mimpi ini bukanlah hal mudah. Ada sejumlah kendala dalam peningkatan daya saing dan kualitas wisata gastronomi. Seperti kebersihan, kesehatan, keamanan makanan; juga tentang sosialisasi kepada warga Cisambeng sendiri. Namun ketika berhasil, komersialisasi masyarakat Cisambeng dapat dimulai dari wisata agrikultur, wisata pendidikan, wisata sejarah, sampai wisata membuat mekanan, sebab gastronomi itu rangkaian dari proses hulu ke hilir. Fikri mengaku sedang berupaya mencari cara agar mereka bisa menanam kedelai di sini, “Kalau masih enggak bisa, kedepannya tidak bergantung pada kedelai, tapi tempe tahu bisa dibuat dari bahan baku kacang kacangan yang ada di kita.”
Pengolahan secara tradisional tahu dan tempe di desa Cisambeng kurang lebih sejak seratus tahun yang lalu. Tahu dan tempe yang dijual hanya berupa mentahan sebenarnya berpeluang besar untuk dibuat inovasi produk dengan bahan dasar tahu dan tempe. Beberapa contoh inovasi produk yang dapat dibuat adalah brownies tempe, pudding tahu, keripik tahu-tempe, dan nugget tahu serta masih banyak inovasi lainnya. Meski bahan baku pembuatannya adalah tahu dan tempe, produk – produk ini menghadirkan cita rasa yang baru dan khas serta tetap dapat dinikmati. Banyaknya pembangunan akses jalan toll yang menuju ke Kabupaten Majalengka menjadi angin segar bagi masyarakatnya. Akses-akses ini menjadi kesempatan besar bagi masyarakat Majalengka untuk unjuk gigi atas eduwisata gastronomi yang dimiliki. Tak banyak yang tahu bahwa beberapa daerah di Majalengka memiliki daya tarik tersendiri seperti Tahu Cisambeng.
“Bisa jadi desa mandiri utamana mah. Bisa lebih dikenal, salah satu daerah yang berada di wilayah industri, tapi bisa jadi daerah yang punya potensi wisata tanpa harus bergantung pada alam atau pun destinasi buatan,” Fikri.
(Tommi Pringadi)
0 Comments