Mengenal Rajah Dalam Kebudayaan Sunda

Source: Kairaga.com

Infomjlk.id - Tahukah baraya mengenai rajah dalam kebudayaan Sunda? Secara definisi, rajah merupakan suratan (gambaran, tanda, dsb) yang dipakai sebagai ajimat (untuk penolak bala/penyakit dsb). Rajah juga temasuk dalam kategori/varian dari mantra. 

Sedangkan mantra , dalam khazanah sastra Sunda berarti jenis puisi yang isinya semacam jampi-jampi atau kata-kata yang bermakna magis, isinya dapat mengandung bujukan, kutukan, atau tantangan yang ditujukan kepada lawannya; untaian kata-kata yang tidak jelas maknanya, biasa diucapkan oleh dukun atau pawang bila menghadapi sesuatu keperluan. 

Mantra berdasarkan tujuannya terbagi ke dalam 7 bagian, yaitu jampe/jampi, asihan, singlar, jangjawokan, rajah, ajian, dan pelet/guna-guna. 

Rajah sunda lebih dikenal dan erat kaitannya dengan seni papantunan. Pantun dalam bahasa Sunda berarti balada, atau ballad yakni nyanyian atau syair berlagu yang besifat epis. Hal ini tidak bisa dipisahkan menjadi sendiri-sendiri antara rajah dan papantunan, justru menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam seni papantunan rajah dibagi menjadi dua bagian yaitu sebagai rajah bubuka (pembuka) dan rajah penutup (pamunah). Dilihat dalam papantunan Sunda, rajah memang belum ditemukan fungsinya secara utuh. Seperti yang di ungkap Ajip Rosidi dalam bukunya 'Beber Layar', “nya eta sababna nu matak nepi ka kiwari ta acan aya nu mesek fungsi rajah, naon tali tumalina jeung kapercayaan karuhun urang, naon fungsi pantun dina hirup kumbuh Sunda buhun” (1989 : 58). 

Tapi kalau dilihat dari bait-bait dan kata yang tersurat di dalamnnya, mungkin saja rajah di maksudkan sebagai doa yang di dalamnnya terdapat beberapa ciri kehidupan, dan penghormatan orang Sunda jaman dahulu tehadap suatu kekuatan yang dianggap lebih besar darinya (gaib). Memang kebanyakan papantunan atau cerita Pantun itu selalu di awali dan di akhiri dengan membaca Rajah. Jikalau di bandingkan jaman sekarang mungkin lebih tegolong sebagai do’a pembuka dan do’a penutup. 

Ada pula yang berpendapat bahwa rajah Sunda adalah yang terdapat dalam mamaos Cianjuran. Rajah Sunda (mamaos Cianjuran) adalah do’a kolot baheula/orang tua jaman dulu yang menggunakan kacapi indung. Rajah ini hampir sama dengan kacapi suling. yang membedakannya adalah, jika kacapi suling itu kebanyakan bersangkutan dengan cinta atau hal-hal lain diluar do’a. Sedangkan rajah Sunda (mamaos) merupakan cuplikan do’a berbahasa Sunda. 

Ada dua bentuk rajah yang dikenal di masyarakat umum pada masa ini, ada rajah yang bebentuk lisan, yang merupakan sutu varian dari mantra, ada pula yang bebentuk tulisan atau yang sering disebut sebagai ajimat yang terdapat pada sebuah benda, kain, atau tato (di luar Sunda) dalam tubuh yang di anggap bisa memberikan manfaat (sebagai penolak bala/kejahatan). Dalam KBBI ajimat adalah suatu barang (tulisan) yang dianggap mempunyai kesaktian dan dapat melindungi pemiliknya, digunakan sebagai penangkal penyakit, obat dan sebagainya. 

Namun Rajah yang tedapat dalam tulisan di khalayak masyarakat banyak sekarang ini, bertuliskan dari hurup Arab. Entah bagaimana ceritanya  dari sebagian orang menyebut hal yang sepeti ini juga disebut rajah. Hal ini dimungkinkan juga dari pengaruh Islam yang masuk di tatar Sunda, dan juga pengaruh kebudayaan lain, sehingga pemahaman dan arti nya pun menjadi meluas.

Post a Comment

0 Comments