Begini Rasanya Jadi Buruh Pabrik di Majalengka


infomjlk.id - Bekerja tanpa kalung pengenal dan durasi waktu 8 jam seperti pada umumnya apakah bisa diwujudkan dengan menjadi freelancer di Majalengka? pertanyaan ini muncul dalam benak saya setelah membaca bukunya Nietzsche dalam senjakala berhala, mengutip paragraf bagian 29 dalam Petualangan-Petualangan Manusia Bukan Waktunya: -Apakah tugas semua pendidikan tinggi ?- Mengubah manusia menjadi mesin. -Dengan cara apa? – Dia harus belajar bagaimana menjadi bosan. – Bagaimana itu dicapai? – Melalui konsep tugas. -Siapa modelnya? - Filolog: dia mengajari bagaimana manusia membanting tulang. -Siapakah manusia sempurna? -Pegawai pemerintah.

Lalu apakah freelancer bukan manusia sempurna? Tidak juga. Saya mengatakan tidak karena tentunya menjadi pekerja lepas adalah kemerdekaan. Setidaknya tidak memiliki tekanan dari seorang atasan atau kemerdekaan dalam rutinitas jam kerja. Seperti geliatnya para pemuda di kota-kota yang memiliki iklim kreatif seperti di Bandung, Surabaya, dan tentunya Jakarta hal ini diungkapkan dari survei http://Freelancer.com , “Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah pekerja lepas terbanyak di dunia. Jumlah tersebut bahkan lebih banyak dibanding jumlah pekerja lepas di Inggris”- tutur Sebastian Siseles, Director International http://Freelancer.com


Dari penuturannya tentang banyakya pekerja lepas di Indonesia, lalu apakah kota Majalengka juga memiliki andil terhadap presentase tersebut? Saya kira ini menjadi pertanyaan bersama. Tentunya iklim budaya kreatifitas di sini tidaklah bisa dibandingkan dengan kota-kota besar yang memulainya terlebih dahulu. Majalengka baru membuat city branding dengan harapan mendongkrak ekonomi kreatif dan kreatifitas besar pun bermunculan. Lalu apakah itu bisa menjadi angin segar bagi freelancer di Majalengka saat ini?


Perlu waktu. Dimulainya era pembangunan di Majalengka saat ini tentunya menjadi daya tarik baik bagi orang dalam ataupun orang luar. Para jomblowan-jomblowati, para pasangan millenial berbondong-bondong berburu foto yang instagramable. Lalu apa jadinya jika terdapat coworking space-alias ruang kerja bersama apakah akan selalu ramai dengan dua sejoli yang sejatinya tempat itu harus nyaman dan tenang untuk bekerja, terlebih bagi freelancer? para freenlancer tentu berharap mendapatkan ketenangan.


Namun tidak hanya ketenangan coworking space yang diharapkan tapi juga ketenangan batin. Tidak dapat dipungkiri bahwa menjadi pegawai tetap di industri menjadi pilihan yang baik manakala dikejar tuntutan untuk menikah cepat karena menjadi “manusia umum” bisa menjamin penghasilan setiap bulannya. Tidak hanya itu saja adanya jaminan kesehatan, tunjangan hari raya, transportasi, makan dan benih cinta lokasi pun bisa menjadi pertimbangan yang berat. Hal ini mungkin tidak didapatkan dari menjadi freelancer karena mereka hanya mendapatkan jaminan tertentu dari client itu pun kalau kedua belah pihak menyetujui. Kemudian ada hal lain ? Tentunya masalah umur. Terdapat kekhawatiran bagi pemuda usia produktif untuk memilih menjadi freelancer khususnya di Majalengka yang saya kira masih harus meraba-raba project dibanding memilih untuk melamar pekerjaan di perusahaan. Namun jika pemuda usia produktif memilih hal demikian apakah juga gampang untuk bisa memasuki perusahaan yang tentunya banyak sekali pelamar daripada lowongan kerja? Hal ini mungkin lumrah bagi sebagian orang karena tentunya di mana pun wilayahnya jumlah lowongan kerja berbanding terbalik dengan pelamar.


Menjadi freelancer khusunya di Majalengka tentu ada risiko. Yang utama adalah masalah penghasilan. Jika mendapat banyak job bahkan over job tentu sangat bahagia namun jika sedang kosong, tentu tidak mau dibilang pengangguran. Terlebih apabila mau mengambil KPR rumah yang meminta slip gaji tentu menjadi kekhawatiran. Namun dibalik kekurangan pasti ada sisi positif. Terdapat segudang kelebihan apabila mindset terhadap kekhawatiran-kekhawatiran tersebut dihilangkan. Kemerdekaan dalam bekerja, passion, tetap keren karena tidak berseragam adalah hal yang semestinya diperjuangkan dalam hidup. Terlebih apabila Majalengka dapat bersahabat dengan freelancer. 


radc

Post a Comment

0 Comments