Sore itu (November 2020), Majalengka bagian utara terlihat tak seperti biasanya, dan amat sayang sekali untuk dilewati begitu saja.
Segerombolan pekerja yang berhamburan dibumbui cairan amis dari jeruji alumunium berbentuk sarang burung, terbayar kontan dengan sentuhan senja manis di utara Majalengka.
Bukan nuansa pegunungan, bukan juga model-model majalah dewasa yang menjadi pelengkap hari itu terasa indah. Tapi, sebuah aktivitas jalanan yang masih penuh dengan kendaraan lawas semacam becak menjadikan senja hari itu bisa dinikmati dengan 3M (Melihat pakai masker, Menikmati senja dengan jaga jarak, Mencuci tangan setelah selfie).
Wahyu, pemuda asal Jayi (Jatiwangi), yang bekerja di salah satu ‘pabrik’ di bagian Majalengka utara menceritakan keindahan senja yang tak kalah mentereng dari bagian selatan Majalengka.
Sore itu, 21 November 2020 ia dan rekan setim kerja di pabrik kebanggaannya itu melewati jalanan Ligung, ada hal yang menarik, senja si manis yang selalu di elu-elu kan anak-anak indie Majalengka itu terlihat begitu enak untuk dipandang.
Hamparan sawah yang hijau, jalanan khas suasana panturaan dan bosehan sepeda serta becak melengkapi indahnya senja di Majalengka bagian utara.
Tak hanya itu, Wahyu dan rekan setimnya begitu asik menikmati senja yang berwarna kan merah jambu (seperti lagu 420). Mereka pun menghabiskan sebatang dua batang pohon tiwu (pohon tebu), untuk dihisap sambil pelepas dahaga sepulang kerja, cielah anak korporat banget nih pulang kerja.
Senja dimanapun berada memang selalu indah, menawarkan kecintaan, keluguan, juga melukiskan kesedihan cerita kelam dengan si dia saat senja tak lagi hadir.
Teruntuk warga Majalengka bagian utara, berbanggalah, karena senja disekitarmu juga memberikan keindahaan yang hqq untuk dilihat dengan mata telanjang.
Sore itu, jalanan Ligung-Jatiwangi menjadi obat penawar rindu senja di langit utara Majalengka.
0 Comments